Pahami 6 Alasan Anak Jaga Jarak dengan Orang Tuanya
Tindakan menjauh dari orang tuanya merupakan fenomena yang umum dalam masa remaja. Jika Anda dapat menyikapi kondisi anak jaga jarak dengan orang tua dengan baik. Maka hal tersebut dapat Anda lalui dengan baik sebagai salah satu fase pertumbuhan putra-putri Anda.
Sebaliknya jika hal tersebut tidak Anda sikapi dengan bijak,bisa saja kondisi tersebut akan terbawa hingga saat anak dewasa. Sehingga tanpa Anda sadari hubungan Anda dengan anak menjadi renggang.
Untuk itu pahami dengan baik alasan anak jaga jarak berikut ini, termasuk bagaimana cara orang tua menyikapinya dengan baik.
Alasan Anak Jaga Jarak Dengan Orang Tuanya
Umum terjadi, orang tua merasa telah membangun hubungan dekat dengan anak remaja mereka. Tiba-tiba, mereka menolak saran dan pendapat Anda, menuntut sesuatu dari Anda, serta menuduh Anda sebagai orang tua yang buruk.
Tapi percayalah, kejadian tadi umum terjadi, dan Anda tidak sendirian. Serta, sebagai orang tua, dalam hal ini Anda tidak melakukan kesalahan apa pun.
Pasang surut yang Anda rasakan dengan putra-putri remaja Anda adalah bagian normal dari perkembangan mereka. Agar dapat menyikapinya dengan baik, berikut ini beberapa penyebab remaja cenderung menjaga jarak dengan orang tuanya.
1. Sedang Mencari Jati Diri
Selama masa remaja, anak sedang berusaha menemukan identitasnya. Mereka berusaha mendapat pengakuan dari lingkungannya terhadap sikap maupun keputusan yang mereka ambil. Dampaknya, tidak jarang bagi mereka untuk menarik diri dan “menjauh” dari orang tuanya.
Apa yang mereka perjuangkan adalah lebih banyak otonomi, kebebasan, dalam membuat keputusan yang berdampak pada mereka. Pada saat itu mereka cenderung mengambil keputusan sendiri tanpa intervensi dari orang tuanya.
Meskipun tanpa disadari mereka mengabaikan apa yang orang tuanya sampaikan, walaupun sebenarnya mereka masih peduli. Hanya saja mereka tidak tahu bagaimana cara untuk menunjukkannya.
2. Krisis Percaya Diri
Tumbuh dewasa merupakan proses yang perlu setiap orang lalui. Menjadi dewasa bukan hanya mencapai usia legal, namun juga dapat bertanggung jawab atas dirinya maupun lingkungannya.
Proses ini biasanya berawal saat remaja atau pada sekitar usia dua belas tahun. Anak Anda akan cenderung berusaha memisahkan diri dari orang tuanya. Pada saat tersebut mereka sedang berusaha mendapatkan kepercayaan atau pengakuan dari lingkungannya tanpa intervensi dari orang tuanya.
Jika awalnya anak Anda selalu mengandalkan orang tuanya dalam menyelesaikan masalahnya. Pada saat proses pendewasaan, mereka akan berusaha untuk menyelesaikan segala sesuatunya sendiri tanpa melibatkan orang tuanya.
Ingat, ini bukan hal yang mudah untuk dicapai oleh remaja. Mereka berusaha menjadi orang yang terpisah dari orang-orang yang telah mengendalikan hampir setiap aspek kehidupan mereka sejauh ini.
3. Merasa Mampu Dalam Membuat Keputusan
Kondisi ini merupakan salah satu kondisi yang paling rawan, karena biasanya tidak terjadi gejolak yang menyolok dalam lingkungan keluarga. Namun bukan berarti anak Anda tidak memiliki masalah, hanya saja mereka pandai menutupinya.
Hal ini tidak akan berdampak selagi keputusan yang mereka buat baik dan dapat menyelesaikan masalahnya. Namun jika sebaliknya yang ada hanya akan menambah masalah.
4. Tertarik Pada Lawan Jenis atau Pergaulan Baru
Bagi sebagian besar remaja, biasanya aqil balik, terjadi pada saat mereka memasuki masa remaja. Dalam hal ini mereka mulai merasa ada ketertarikan kepada lawan jensinya.
Bagi sebagian besar remaja, malu untuk menyampaikan rasa ketertarikannya pada lawan jenis kepada orang tuanya. Selain itu mereka juga tidak tahu bagaimana cara menyampaikannya.
Akibatnya mereka akan mencari tempat yang nyaman untuk menyampaikan kondisinya. Hal ini biasanya mereka lakukan dengan curhat kepada teman atau orang lain.
Jika dibiarkan, kondisi ini sangat rawan bagi anak Anda. Karena berisiko untuk mendapatkan informasi yang keliru tentang pergaulan dengan lawan jenis.
5. Takut Disalahkan
Sebagian besar anak merasa tidak suka jika menyadari dirinya telah melakukan suatu kesalahan. Apalagi jika Anda cenderung menghakimi dalam memberikan pembinaan kepada anak.
Bagi anak yang tertutup, sikap menghakimi dari orang tua dapat mendatangkan trauma tersendiri. Ditambah lagi dengan memasuki masa pencarian jati diri, hal tersebut merupakan kondisi yang dapat menjadi alasan anak jaga jarak.
Dampak dari hal tersebut, banyak remaja yang cenderung menutupi pendapat maupun keputusan mereka, karena takut disalahkan. Walaupun hal tersebut belumlah tentu salah seperti dugaan mereka.
6. Ingin Kebebasan Berekspresi
Semakin matang tingkat kecerdasan emosional seorang anak maka semakin tinggi juga kebutuhannya untuk mengekspresikan dirinya. Dalam hal ini perhatian maupun pengawasan dari orang tua mereka anggap sebagai hal yang membatasi mereka.
Dalam masa pencarian jati diri, tidak sedikit anak remaja yang membutuhkan sedikit privacy dalam lingkungannya. Pada umumnya mereka ingin ada tempat bagi mereka untuk bebas berekspresi dengan dirinya sendiri. Bagi orang tua, tentunya hal ini akan terasa anak jaga jarak dengan Anda.
Mengatasi Anak Remaja Jaga Jarak Dengan Orang Tuanya
Menghadapi anak yang menjauh dari orang tuanya, cobalah untuk tetap tenang. Karena dalam hal ini anak Anda sedang berusaha membangun jati dirinya. Dan hal yang normal bagi mereka untuk tidak setuju dengan apa yang Anda lakukan atau pikirkan.
Bahkan pada kondisi tertentu mereka dapat bertindak berlawanan dengan pemikiran atau keputusan Anda. Hal ini dapat berlangsung sampai mereka menemukan identitasnya.
Serta perlu Anda ingat, cepat atau lambat, anak Anda suatu saat akan berpisah dengan Anda dan hidup mandiri. Dan orang tua sebagai orang yang memiliki pengaruh paling besar bagi anak, bagaimana Anda mengatasinya?
1. Memahami Perkembangan Remaja
Selalu ingatkan diri Anda saat anak remaja Anda memberikan respons negatif atau tampak terganggu oleh keberadaan orang tuanya. Bahwa hal tersebut adalah bagian normal dari perkembangan remaja.
Jangan menanggapi hal tersebut dengan emosi. Alihkan emosi Anda sebelum memberikan respon sikap anak Anda tadi.
Tentu saja, menjadi remaja dengan kondisi yang labil, bukan alasan bagi remaja Anda untuk bersikap negatif. Sehingga jangan segan untuk mengingatkan mereka, jika sikapnya tersebut dapat berdampak buruk bagi dirinya atau orang lain.
Berusahalah untuk tidak dendam atau sakit hati atas perilaku remaja Anda. Ingatkan diri Anda bahwa ini adalah fase yang dia lalui dan pada akhirnya dia akan menjadi anak muda yang mandiri dan bertanggung jawab.
Pahamilah jika anak remaja Anda tengah berusaha keras untuk membangun identitasnya tanpa campur tangan orang tua. Namun mereka juga masih merasa diri mereka sebagai keluarga Anda. Jika ada kata-kata mereka menyakitkan, itu hanyalah sementara.
2. Terapkan Aturan Tentang Etika
Meskipun sangat normal bagi anak remaja Anda untuk menjauh dari Anda selama masa remaj. Anda tidak boleh mentolerir rasa tidak hormat dari anak remaja Anda. Karena bagaimanapun mereka adalah anak dan Anda orang tuanya.
Ingatkan jika mereka dapat menyatakan pendapat, ketidakpuasan, dan ketidak-setujuannya dengan nada yang normal dengan kata-kata yang sopan.
Didik anak anak Anda untuk tidak mengatakan "Aku membencimu" kepada orang tuanya. Karena hal tersebut dapat berkembang menjadi perasaan yang permanen dalam diri mereka.
Saat Anda sedang berdua dengan anak, jelaskan jika dia ingin dipandang sebagai orang dewasa, maka dia perlu berkomunikasi dan bertindak layaknya orang dewasa. Dan, jika dia tidak dapat berkomunikasi dengan sopan, ada konsekuensi atas pilihannya.
3. Jeli Memahami Kondisi Anak Remaja
Terkadang remaja akan marah pada Anda ketika sedang mengalami frustrasi, walaupun hal itu tidak ada hubungannya dengan Anda sama sekali. Dalam hal ini, orang tua merupakan tempat pelampiasan yang mudah dan aman.
Dalam kondisi ini, penting untuk membedakan antara frustrasi remaja yang normal dengan yang lebih serius, dan segera cari tahu penyebabnya. Hindari sikap emosional, pikirkan mengapa dia berperilaku seperti itu. Kemudian ajukan pertanyaan dan selidiki dengan hati-hati.
Ingat, masa remaja tidaklah mudah. Selain mengalami perubahan fisik pada tubuh mereka, remaja juga menghadapi banyak hal lain, termasuk tekanan sosial dan tantangan akademis.
4. Jangan Takut Dibenci
Salah satu tanggung jawab terbesar sebagai orang tua adalah membantu membentuk anak Anda sampai dewasa. Terkadang hasilnya adalah anak remaja Anda tidak menyukai Anda.
Tapi itu tidak masalah. Sangat penting bagi Anda untuk menjadi orang tua terlebih dahulu dan fokus membimbing anak remaja Anda untuk melakukan apa yang benar. Tidak sedikit, orang tua berusaha untuk disukai oleh anak remajanya atau menjadi orang tua yang keren.
Jangan berusaha menjadi teman yang baik dan terlihat keren bagi anak, hal ini bisa saja berdampak buruk. Karena jika anak remaja Anda memiliki banyak teman, hanya Anda yang tepat untuk mengisi peran sebagai orang tua.
5. Berikan Kebijakan Bagi Anak
Berbuat salah dan gegabah adalah hal yang wajar bagi anak remaja. Ini adalah bagian dari proses pembelajaran. Jadi, jangan ragu untuk mengizinkan anak melakukan hal-hal yang "berisiko".
Misalnya seperti mengemudi kendaraan sendiri, jangan ragu untuk memberikan mereka izin. Jika dia telah membuktikan bahwa dia adalah pengemudi yang bertanggung jawab.
Banyak terjadi orang tua membuat kesalahan dengan mengencangkan cengkeraman mereka pada anak remaja mereka. Bahkan mencoba mendoktrin dengan mengendalikan setiap gerakan mereka. Hasilnya, hampir selalu mengarah pada pemberontakan.
Bahkan jika Anda tidak setuju dengan saran atau ide anak remaja Anda, tunjukkan Anda menghargainya. Dengarkan apa yang dia katakan tanpa mendoktrin, tapi berikan pengertian pada mereka.
6. Jalin Kepercayaan Andak Dengan Orang Tua
Membina kepercayaan antara anak remaja dengan orang tua adalah hal sulit namun perlu untuk dilakukan. Karena hasilnya akan lebih memuaskan dari pada Anda harus terus menerus mengawasi dan mendoktrin anak Anda.
Hal ini memerlukan waktu dan proses. Diawali dengan Anda memberikan kepercayaan kepada anak. Dan selanjutnya bimbing anak Anda untuk dapat menjaga kepercayaan yang Anda berikan.
Sebaliknya sebagai orang tua Anda juga perlu terbuka setidaknya mendengarkan apa kondisi yang anak Anda alami. Dan berikan saran yang dapat membantunya menyelesaikan kendala atau masalah yang ada.
Dengan demikian komunikasi Anda dengan anak akan tetap terjaga dan Anak tetap merasa terlindungi oleh orang tuanya.
Penutup
Dengan memahami dengan baik anak jaga jarak dengan orang tua dapat membantu Anda dalam memahami dan mengatasi kondisi yang berkembang pada anak remaja Anda.
Sebagai orang tua, tentunya tidak ada yang lebih berharga daripada melihat anak remaja Anda dapat membangun identitasnya dan menerima siapa dirinya dengan baik dan benar.
Sumber Gambar :
Komentar
Posting Komentar