Mengenal Ebola Virus Disease (EVD) yang Sempat Mewabah
Tidak hanya Covid-19, pada beberapa negara di Afrika pernah juga terjadi wabah mematikan, yaitu Ebola Virus Disease (EVD) atau lebih dikenal dengan Virus Ebola.
Buat kamu yang pernah nonton film yang berjudul "Outbreak" yang telah sempat beberapa kali di putar pada stasiun televisi swasta, film tersebut menggambarkan penularan Virus Ebola di Amerika Serikat, walaupun beberapa adegan di dramatisir, setidaknya dapat memberikan gambaran tentang penyakit mematikan ini.
Penyakit Virus Ebola (EVD) adalah penyakit langka dan mematikan pada manusia dan primata (kera). Virus yang menyebabkan EVD berasal terutama di Afrika sub-Sahara. Orang bisa mendapatkan EVD melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi (kelelawar atau primata) atau orang sakit maupun jenasah yang sudah terinfeksi virus Ebola.
Penularan Virus Ebola
Para ilmuwan berpendapat pada awalnya, orang mulai terinfeksi virus Ebola melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi, seperti kelelawar buah atau primata. Ini disebut peristiwa “limpahan”. Setelah itu, virus menyebar dari orang ke orang, berpotensi mempengaruhi sejumlah besar orang.
Virus menyebar melalui kontak langsung (seperti melalui kulit yang luka atau selaput lendir di mata, hidung, atau mulut) melalui:
Darah atau cairan tubuh (urin, air liur, keringat, tinja, muntah, ASI, dan air mani) dari seseorang yang sakit atau telah meninggal karena penyakit virus Ebola (EVD).
- Perabotan (seperti tempat tidur, bahan kain bahkan peralatan medis yang belum didisenfektan) terkontaminasi dengan cairan tubuh dari orang yang sakit atau telah meninggal karena EVD.
- Kelelawar buah yang terinfeksi atau primata (seperti kera dan monyet).
- Semen dari pria yang pulih dari EVD (melalui seks oral, vagina, atau anal).
Ketika orang terinfeksi Ebola, mereka tidak segera mulai menunjukkan tanda atau gejala, waktu antara seseorang mulai tertular virus dan menunjukkan gejala sakit, ini disebut sebagai periode inkubasi. Seseorang tidak dapat menularkan Ebola ke orang lain sebelum mereka menunjukkan tanda dan gejala Ebola.
Walaupun virus Ebola tidak diketahui menular melalui makanan, namun, di beberapa bagian dunia, virus Ebola dapat menyebar melalui penanganan dan konsumsi daging hewan liar yang telah terinfeksi Ebola. Tidak ada bukti bahwa nyamuk atau serangga lain dapat menularkan virus Ebola.
Risiko Penularan Ebola
Petugas kesehatan yang tidak menggunakan kontrol infeksi yang tepat saat merawat pasien Ebola, dan keluarga dan teman-teman dalam kontak dekat dengan pasien Ebola, berada pada risiko tertinggi sakit. Ebola dapat menyebar ketika orang melakukan kontak dengan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi.
Ebola menimbulkan risiko kecil bagi wisatawan atau masyarakat umum yang belum melakukan imunisasi atau melakukan kontak jarak dekat (dalam jarak sekitar 1 meter) dengan seseorang yang sakit dengan Ebola.
Daya Tahan Virus Ebola
Setelah infesi akut, virus dapat bertahan di area tubuh yang memiliki hak istimewa dari sistem kekebalan tubuh. Ini adalah tempat di mana virus dan patogen, seperti virus Ebola, terlindungi dari sistem kekebalan tubuh korban, bahkan setelah dibersihkan di tempat lain di dalam tubuh.
Area-area ini termasuk testis, bagian dalam mata, plasenta, dan sistem saraf pusat, khususnya cairan serebrospinal. Bagaimana dan berapa lama virus ada di bagian-bagian tubuh ini, kondisinya bervariasi pada korban yang selamat. Para ilmuwan sekarang mempelajari berapa lama virus tetap berada dalam cairan tubuh ini di antara para korban yang selamat dari Ebola.
Selama wabah Ebola, virus dapat menyebar dengan cepat pada fasilitas kesehatan seperti klinik atau rumah sakit. Dokter dan tenaga kesehatan lain yang menyediakan perawatan harus menggunakan peralatan medis khusus, lebih disarankan menggunakan perlengkapan sekali pakai. Pembersihan dan pembuangan instrumen seperti jarum dan alat suntik adalah hal yang penting. Jika instrumen bukan peralatan sekali pakai, maka mereka harus disterilkan sebelum digunakan lagi.
Virus Ebola dapat bertahan hidup di permukaan yang kering, seperti gagang pintu dan meja selama beberapa jam, dalam cairan tubuh seperti darah, virus dapat bertahan hingga beberapa hari pada suhu kamar. Pembersihan dan disinfeksi harus dilakukan menggunakan disinfektan dengan standar rumah sakit.
Tanda dan Gejala
Setelah seseorang terkontaminasi virus, mulai menunjukkan gejala dari 2 hingga 21 hari setelahnya, pada umumnya rata-rata gejala muncul setelah 8 hingga 10 hari. Perjalanan penyakit biasanya berkembang dari gejala "kering" pada awalnya (seperti demam, sakit dan nyeri, dan kelelahan), dan kemudian berkembang menjadi gejala "basah" (seperti diare dan muntah) ketika orang tersebut mulai mengalami sakit.
Tanda dan gejala utama Ebola sering kali meliputi beberapa atau beberapa hal berikut ini:
- Demam
- Nyeri, seperti sakit kepala parah, nyeri otot dan persendian, dan sakit perut
- Lemah dan kelelahan
- Gejala gastrointestinal termasuk diare dan muntah
- Nyeri perut
- Pendarahan atau memar yang tidak jelas penyebabnya
- Gejala lain termasuk mata merah, ruam kulit, dan cegukan (pada stadium akhir).
Banyak penyakit umum dapat memiliki gejala yang sama dengan EVD, termasuk influenza (flu), malaria, atau demam tifoid, sehingga tanpa pemeriksaan laboratorium sulit untuk diketahui EVD atau bukan.
EVD adalah penyakit yang jarang namun parah dan seringkali mematikan. Pemulihan dari EVD tergantung pada perawatan klinis suportif yang baik dan respons imun pasien. Studi menunjukkan bahwa orang yang selamat dari infeksi virus Ebola memiliki antibodi (protein yang dibuat oleh sistem kekebalan yang mengidentifikasi untuk menetralkan virus yang menyerang) yang dapat dideteksi dalam darah hingga 10 tahun setelah pemulihan. Korban diperkirakan memiliki kekebalan terhadap jenis virus Ebola yang membuat mereka sakit.
Diagnosa
Mendiagnosis penyakit virus Ebola (EVD) tak lama setelah infeksi adalah hal sulit. Gejala awal EVD seperti demam, sakit kepala, dan kelemahan tidak spesifik untuk infeksi virus Ebola dan sering terlihat pada pasien dengan penyakit lain yang lebih umum, seperti malaria dan demam tifoid.
Untuk menentukan diagnosa EVD, harus ada kombinasi gejala yang menunjukkan EVD dan diketahui ada kemungkinan terpapar EVD dalam waktu 21 hari sebelum timbulnya gejala. Paparan dapat mencakup kontak dengan:
- darah atau cairan tubuh dari orang yang sakit atau yang meninggal karena EVD,
- benda yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh seseorang yang sakit atau yang meninggal karena EVD,
- kelelawar buah yang terinfeksi dan primata (kera atau monyet), atau
- air mani dari seorang pria yang telah pulih dari EVD.
Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda EVD dan telah memiliki kemungkinan terpapar, ia harus diisolasi (dipisahkan dari orang lain) dan otoritas kesehatan masyarakat harus diberitahu. Sampel darah dari pasien harus dikumpulkan dan diuji untuk memastikan infeksi. Virus ebola dapat dideteksi dalam darah setelah timbulnya gejala. Diperlukan waktu hingga tiga hari setelah gejala mulai untuk mencapai tingkat deteksi.
Polymerase chain reaction (PCR) adalah salah satu metode diagnostik yang paling umum digunakan karena kemampuannya mendeteksi tingkat rendah virus Ebola. Metode PCR dapat mendeteksi keberadaan partikel virus dalam sejumlah kecil darah, dan kemampuan untuk mendeteksi virus semakin meningkat, ketika jumlah virus juga meningkat selama infeksi aktif. Ketika virus tidak lagi hadir dalam jumlah yang cukup besar dalam darah pasien, metode PCR tidak lagi efektif. Metode lain, berdasarkan deteksi antibodi yang diproduksi dalam kasus EVD terhadap infeksi, dapat digunakan untuk mengkonfirmasi paparan dan infeksi pasien oleh virus Ebola.
Tes laboratorium positif berarti infeksi Ebola terkonfirmasi. Otoritas kesehatan masyarakat akan melakukan penyelidikan kesehatan masyarakat, termasuk mengidentifikasi dan memantau semua kontak yang mungkin terpapar.
Pengobatan Ebola
Gejala penyakit virus Ebola (EVD) diobati saat muncul. Ketika dilakukan lebih awal, intervensi dasar dapat secara signifikan meningkatkan peluang untuk bertahan hidup. Perawatan tersebut termasuk:
- Memberikan cairan dan elektrolit (garam tubuh) melalui infus ke dalam vena (intravena).
- Memberikan terapi oksigen untuk mempertahankan kadar oksigen.
- Menggunakan obat-obatan untuk mendukung tekanan darah, mengurangi muntah dan diare, dan untuk mengatasi demam serta rasa sakit.
- Mengobati infeksi lain, jika terjadi.
- Memberikan obat antiviral.
Untuk saat ini masih belum ada obat antivirus yang dilisensikan oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat untuk mengobati EVD pada manusia. Namun badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah menyetujui vaksin Ebola rVSV-ZEBOV (nama dagang "Ervebo") untuk pencegahan EVD. Vaksin rVSV-ZEBOV telah ditemukan aman dan protektif hanya terhadap spesies ebolavirus Zaire.
Penutup
Selama wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo pada tahun 2018, empat obat dalam tahap penelitian, awalnya tersedia untuk mengobati pasien yang dikonfirmasi terinfeksi Ebola.
Dari dua obat tersebut, yang disebut regeneron (REGN-EB3) dan mAb114, kelangsungan hidup pasien secara keseluruhan jauh lebih tinggi. Kedua obat antivirus tersebut, saat ini masih tetap digunakan untuk pasien yang dikonsirmasi terkena Ebola. Obat-obatan yang sedang dikembangkan untuk mengobati EVD bekerja dengan cara menghentikan virus untuk membuat replikanya.
Komentar
Posting Komentar