Probe NASA - Cassini Berhasil Temukan Debu Bintang
Untuk pertama kalinya, Cassini pesawat ruang angkasa milik NASA yang mengorbit di planet Saturnus telah mendeteksi dan menganalisis tanda samar tapi jelas debu antarbintang yang berasal dari luar tata surya kita.
Butir debu kecil tersebut melaju melalui sistem Saturnus dalam kecepatan sekitar 72,000km per jam.
Cassini menganalisis komposisi debu untuk pertama kalinya, menunjukkan debu itu terbuat dari campuran mineral yang sangat spesifik, bukan es.
"Kami senang Cassini bisa melakukan deteksi ini, mengingat bahwa instrumen kami dirancang terutama untuk mengukur debu dari dalam sistem Saturnus, serta semua tuntutan lain pada pesawat ruang angkasa," kata Marcia Burton, ilmuwan NASA yang menangani Cassini dalam bidang dan partikel.
Cassini telah berada di orbit sekitar Saturnus sejak tahun 2004, mempelajari planet raksasa itu, berikut cincin dan bulan-bulannya. Pesawat ruang angkasa itu juga telah meneliti sampel jutaan butir debu yang kaya es dengan instrumen analyzer debu kosmiknya.
Di antara segudang butir mikroskopis yang dikumpulkan oleh Cassini, beberapa diantaranya sangat khusus, hanya 36 butir, yang berbeda dari lainnya.
Para ilmuwan menyimpulkan bahan bintik ini berasal dari ruang antar bintang, yaitu ruang diantara bintang-bintang.
"Dari penemuan itu, kita selalu berharap kami akan mampu mendeteksi hal ini yang menyusup diantara Saturnus dengan Cassini. Kami tahu bahwa jika kita melihat ke arah yang benar, kita akan menemukan mereka," kata Nicolas Altobelli, ilmuwan proyek Cassini di European Space Agency (ESA).
Semua butiran tersebut memiliki kimia unik serupa make-up, yang mengandung unsur-unsur pembentuk batuan besar seperti magnesium, silikon, besi dan kalsium dalam proporsi rata-rata kosmik.
"Memang, rata-rata, kami telah menangkap beberapa butir debu tersebut per tahun, dengan kecepatan tinggi dan pada jalan tertentu sangat berbeda dari yang berupa biji-bijian es yang biasa kami kumpulkan di sekitar Saturnus," jelasnya.
Dalam butir Stardust tersebut ditemukan beberapa jenis meteorit yang telah diawetkan mereka sejak kelahiran tata surya kita. Mereka umumnya tua, murni dan beragam komposisinya.
"Durasi panjang misi Cassini telah memungkinkan kita untuk menggunakannya seperti observatorium micrometeorite, yang menyediakan akses istimewa dengan kontribusi debu dari luar tata surya kita yang tidak bisa diperoleh dengan cara lain," kata Altobelli pada sebuah paper yang diterbitkan dalam jurnal Science.
Pada 1990-an, misi Ulyasses milik ESA / NASA telah membuat observasi pertama dari bahan ini yang kemudian dikonfirmasi oleh Galileo pesawat ruang angkasa milik NASA.
Jika debu itu ditelusuri kembali ke awan antarbintang lokal: suatu gelembung yang hampir kosong yang terdiri dari gas dan debu yang berpergian melalui tata surya kita dengan arah dan kecepatan yang berbeda.
Komentar
Posting Komentar